ABSTRAK
Pemanfaatan Buah Tusam (Pinus merkusii Jungh. et de
Vries) dan Buah Anturmangan (Casuarina
sumatrana. JUNGH) Sebagai Bahan Baku
Arang Briket
Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat saat ini
berbanding lurus dengan kebutuhan sumber energi, seperti gas alam, minyak bumi,
dan bahan baker klasik (kayu), yang semakin mahal dan susah mendapatkannya.
Kondisi tersebut diatas, diperlukan sumber energi alternatif untuk memenuhi
kebutuhan energi dan defisit bahan baku energi.
Sumatera Utara merupakan salah satu sentra penyebaran
jenis konifer selain Aceh, Sumatera Barat dan Jawa (Martawijaya et al, 1998).
Mayoritas dari jenis konifer di Sumatera Utara adalah Tusam dan sebahagian
Anturmangan. Indonesia merupakan salah satu negara penyuplai arang berkualitas
untuk negara tujuan ekspor seperti, Jepang, Korea Selatan, Taiwan dan
Singapura.
Tujuan penelitian untuk mengetahui sifat fisik kimia
arang briket buah tusam dan arang briket buah anturmangan serta pengaruh
konsentrasi perekat terhadap sifat fisika dan kimia arang briket.
Penentuan Sifat kimia arang briket dilakukan dengan
penentuan kadar abu, penentuan kadar zat menguap, dan penentuan kadar karbon
terikat.
Selanjutnya dilakukan analisa statistik dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap satu arah dengan satu faktor perekat dan dua
bahan baku dengan 3 ulangan, pada tiap parameter contoh uji bentuk dan ukuran
berdasarkan pada ASTM D1762 dan ASTM D 2015.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa arang briket
buah tusam memiliki kadar air 8,66%, berat jenis 0,4%, kalor 5.489,5%, karbon
terikat 73,90%, zat mudah menguap sebesar 22,90%, dan kadar abu 3,20%.
Sedangkan arang briket buah anturmangan memiliki kadar air 8,97%, berat jenis
0,46%, kalor 5.597,7%, karbon terikat 76,40%, zat mudah menguap sebesar 21%,
dan kadar abu 2,60%
Kesimpulan yang dapat ditarik, bahwa buah tusam dan
anturmangan baik untuk dikembangkan dan dimasyarakatkan mengingat kualitas yang
dihasilkan dan sistem pembuatan yang sederhana dapat dilakukan oleh masyarakat.
Kata Kunci :
Tusam, Anturmangan, Arang Briket.
I. PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Pertumbuhan
penduduk yang semakin pesat saat ini berbanding lurus dengan kebutuhan sumber
energi, seperti gas alam, minyak bumi, dan bahan baker klasik (kayu), yang
semakin mahal dan susah mendapatkannya.
Kondisi
tersebut diatas, diperlukan sumber energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan
energi dan defisit bahan baku energi.
Sumatera Utara merupakan salah satu
sentra penyebaran jenis konifer selain Aceh, Sumatera Barat dan Jawa
(Martawijaya et al, 1998). Mayoritas dari jenis konifer di Sumatera
Utara adalah Tusam dan sebahagian Anturmangan. Pemanfaatannya sebagai bahan
bakar kayu dan arang telah lama memanfaatkan sejak jaman dahulu, tusam termasuk
jenis kayu dengan kelas kuat V dan kelas awet IV berbuah sepanjang tahun
termasuk dalam kayu lunak sedangkan Anturmangan termasuk kayu keras
bahkan sangat keras dan berat dengan kelas kuat I dan Kelas Awet II (Harlow et
al, ,1991).
Disebutkan dalam
Artati (2000), disadur dari Gatra (1998), bahwa Indonesia merupakan salah satu
negara penyuplai arang berkualitas untuk negara tujuan ekspor seperti, Jepang,
Korea Selatan, Taiwan dan Singapura. Data statistik kehutanan menyebutkan bahwa
pada tahun 1996/1997 ekspor arang Indonesia mencapai angka 177.833 ton/tahun.
Bertitik
tolak dari kondisi dimaksud, pemanfaatan buah Tusam dan buah Anturmangan
merupakan sebuah peluang untuk diteliti dalam rangka peningkatan pendapatan
masyarakat di sekitar hutan, disamping pengurangan dampak terjadinya kebakaran
hutan pada hutan konifer.
2.
Perumusan Masalah
Berkurangnya
sumber bahan baku energi seperti gas alam, minyak bumi dan kayu merupakan
sebuah masalah yang akan dicari alternatif sumber lain. Buah Tusam dan
Anturmangan dengan potensi yang cukup besar di lokasi penelitian merupakan
sebuah solusi yang dapat dilakukan dalam mengatasi permasalahan bahan baku
energi, disamping pengurangan dampak terjadinya bahaya kebakaran pada hutan
dataran tinggi khususnya pada hutan pinus.
3.
Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian untuk mengetahui sifat fisik kimia arang briket buah tusam dan arang
briket buah anturmangan serta pengaruh konsentrasi perekat terhadap sifat
fisika dan kimia arang briket.
4.
Kontribusi Penelitian
Penelitian
ini merupakan salah satu usaha dari banyak upaya dalam memanfaatkan bahan-bahan
yang terdapat di alam untuk digunakan dalam mengatasi krisis bahan baku energi
serta diharapkan memberikan kontribusi sains dan teknologi sederhana yang dapat
diterapkan dan dilakukan oleh masyarakat sekitar hutan dalam rangka
meningkatkan pendapatan masyarakat.
Hasil
penelitian ini diharapkan nantinya dapat digunakan sebagai pedoman bagi seluruh
masyarakat yang tinggal di sekitar hutan dalam pemanfaatan buah tusam dan
anturmangan untuk pembuatan arang briket.
III. METODE PENELITIAN
1.
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian
dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Dasar Universitas Simalungun (USI)
Pematangsiantar. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2007 sampai dengan
Oktober 2007.
Lokasi
pengumpulan bahan penelitian (buah tusam dan anturmangan) berasal dari areal
hutan Aek Nauli Girsang Sipanganbolon Kabupaten Simalungun yang secara
geografis terletak pada 20 41’ sampai 20 44’ LU dan 980
55’ sampai 980 58’ BT dengan elevasi 1200 mdpl.
2.
Bahan dan Alat
Bahan yang
digunakan adalah buah tusam dan anturmangan yang kering dan baik, ditambah
dengan bahan pendukung lainnya seperti tepung kanji, metil orange, Na2Co3,
parafin cair, aquades, kawat krom dan aluminium foil.
sedangkan
alat yang digunakan adalah tungku pengarangan sederhana; cetakan/kempa dingin
briket tekanan 3 ton (panjang sisi 5 cm berbentuk bujur sangkar dengan tinggi
5cm); gilingan arang dan saringan mesh no. 60; gergaji; oven; desikator;
timbangan analitis; oksigen Bom Kalorimeter; stop watch; erlen meyer 50 ml;
pipet; buret 50 ml; gelas piala 500 ml; cawan porselin; tanur thermolyne; dan
jarum.
3.
Metode Penelitian
a.
Persiapan
Bahan
penelitian buah tusam dan anturmangan hasil seleksi dari kotoran selain buah
dan dari buah yang cacat fisik dan masih muda, buah yang telah diseleksi
dibiarkan kering angin selama 24 jam untuk selanjutnya diteruskan kepada proses
pengarangan.
b.
Proses Pengarangan
Tungku
pengarangan dibuat dari tong/drum sederhana ukuran 40cm x 40cm dan tinggi 60cm
yang dimodifikasi dengan lubang udara dan cerobong asap. Buah yang akan
dijadikan arang dimasukkan dalam tungku arang dan dibiarkan terbakar diudara
bebas selama + 3 jam selanjutnya setelah terlihat terbakar total
dimasukan kelubang pematangan dan pendinginan arang yang membutuhkan waktu +
2,5 jam.
c.
Penggilingan Arang
Setelah
proses pengarangan, arang yang telah dingin dihaluskan menggunakan alat
penggiling arang.
d.
Pembuatan Arang Briket
Serbuk arang
yang digiling kemudian diayak dengan saringan mesh 60, kemudian dicampurkan
dengan perekat kanji dengan komposisi perekat 5%, 10%, dan 15% dengan kerapatan
antara 0,5. perekat sebekum dicampurkan ditambah dengan air aquadest sebanyak
50 ml untuk mempermudah pelarutan perekat dengan arang, kemudian setelah
tercampur merata dimasukan kedalam cetakan kempa dingin dengan tekanan 3
ton dan dibiarkan selama 15 menit. Selanjutnya pengeringan arang arang dengan
kering angin selama 3 hari.
e.
Pengujian Kualitas Arang Briket
Pengujian
kualitas arang briket menggunakan ASTM D 1762 untuk pengujian nilai kadar air,
kadar zat mudah menguap, kadar abu, dan kadar karbon terikat.
Sedangkan
pengujian nilai kalor menggunakan ASTM D. 2015.
1.
Pengujian Sifat Fisika Arang Briket
a.
Kadar Air
Pengujian dilakukan dengan sampel
berukuran 2x2x2 cm, kemudian ditimbang berat awal, lalu dimasukkan kedalam oven
dengan suhu 103 ± 20C selama 2 jam, yang selanjutnya dimasukkan
kedalam desikator kemudian ditimbang sampai berat sampel konstan.
Kadar air arang briket menggunakan
rumus :
dimana :
KA = kadar air arang
BA = berat awal
BO = berat oven
b.
Berat Jenis
Sampel berukuran 2x2x2 cm, yang
telah kering oven konstan pada suhu 103 ± 20C, dicelupkan kedalam
parafin cair hingga merata seluruh bagiannya, kemudian ditimbang pada air
aquadest dalam gelas piala diatas timbangan analitis.
Penentuan berat jenis menggunakan
rumus :
dimana :
BJ
= berat jenis
a
= berat contoh uji oven, gr
b
= berat a + parafin, gr
w1 =
berat gelas piala + aquadest, gr
w2 =
berat w1 + b, gr
0,9 =
BJ Parafin
c.
Nilai Kalor
Nilai kalor diuji menggunakan alat
Bom Kalori Meter, dengan prosedur pekerjaan sebagai berikut :
Persiapan alat
Contoh uji diambil seberat ± 1 gr,
diletakkan pada mangkok pembakaran. Dilanjutkan dengan pemasangan kawat
krom sepanjang 10 cm pada elektoda dan disentuhkan pada contoh uji tanpa
menyentuh mangkok pembakaran. Silender bom kalori meter (bkm) diisi dengan
aquadest setinggi 1mm, kemudian kepala bkm diisi dengan oksigen murni (99,5%)
sebanyak 30 atm. Panci silender diisi air 2 liter dan dimasukkan ke dalam
mantel silinder. Selanjutnya dipasang 2 chop kabel arus listrik AC 23
Volt yang terangkai pada tutup mantel silender. Tutup mantel silender agar
pengaduk berputar secara bebas dan termometer dengan ketelitian 10C
menghadap kedepan pengukur, siapkan stopwatch dan tabel pengukuran.
Pengukuran
Pengaduk dijalankan selama 5 menit,
setiap menit diukur temperaturnya, untuk pengukuran nilai a, ta, rl. Pada saat
waktu a tercapai, saklar (23V) dihidupkan sesaat (1 detik) selanjutnya mulai
mencatat t30” = a, t45” + a, t60” + a, t75” ……..t150” + a dan selang waktu ini
merupakan nilai “tb”.
Pertambahan temperatur yang terjadi
harus diperhatikan, dimana dalam selang waktu 30” hingga 150” dalam pembakaran
perubahan temperatur sangat cepat meningkat untuk mendapatkan 60% pembakaran
total disebut “b” yang merupakan interpolasi dari nilai “tb”. Selanjutnya
pengukuran data perubahan dilakukan setiap 1 menit selama 5 menit sampai
perubahan temperatur mencapai titik konstan. Titik temperatur adalah “tc” dan
waktunya adalah “c”.
Pembongkaran
Lepas sabuk pemutar, mantel silinder
dibuka untuk mengeluarkan bom silender dalam panci silinder. Lepas tekanan gas
dan kepala bkm untuk mengeluarkan mangkok pembakaran dan ditimbang. Permukaan
baja yang ada dalam silinder dicuci dengan aquadest dan airnya ditampung dengan
gelas piala (50 ml), hasil tampungan ditetesi larutan metil orange sebanyak 3
tetes (terjadi perubahan warna menjadi merah muda) dan dititrasi dengan larutan
Na2Co3 (3,84 gr/lt) yang terdapat pada buret 50 ml hingga
warna merah muda menjadi merah pucat/bening dan pada saat itu dilihat skala
buretnya mencapai berapa ml. Jumlah ml yang tercapai setara dengan jumlah kalor
(1 ml = 1 kalori) sebagai koreksi asam (e1).
Kawat krom yang tidak terbakar
diukur pada skala konversi kalor dari panjang kawat krom (1cm = 1 kal) sebagai
koreksi dari sisa kawat yang tidak ikut terbakar (e2). Lakukan hal yang sama
untuk pembakaran asam benzoat untuk peneraan kondisi alat bkm, sebagai nilai w.
Hasil pengujian dibuat perhitungan
nilai kalor yang berupa panas pembakaran dengan rumus :
dimana :
a =
waktu pembakaran
b =
waktu untuk mencapai pembakaran total 60%
c
= waktu titik konstan dimana tidak terjadi perubahan temperatur
ta = temperatur
pada saat pembakaran
tc =
temperatur pada saat mencapai waktu c
r1
= temperatur rata-rata setiap menit sebelum terjadi pembakaran
r2
= temperatur rata-rata setiap menit setelah terjadi pembakaran
c1 = standar
larutan alkali (dalam mm) pada titrasi asam
c2 = persentase
sulfur dalam contoh uji
c3 = panjang kawat
yang digunakan pada pembakaran
e1 = koreksi
terhadap kalor untuk pembentukan asam nitrat
e2 = koreksi
terhadap kalor untuk pembentukan asam sulfat
e3 = koreksi
terhadap kalor pembakaran
m = berat contoh
uji
w
= equivalen kalorimetri pada pembakaran asam benzoat (kal/0C)
2.
Pengujian Sifat Kimia Arang Briket
a.
Kadar Abu
Prosedur pengujian kadar abu yaitu
dengan mengambil cuplikan contoh uji dengan berat ± 2 gr sebagai berat awal
(a), cuplikan dimasukkan kedalam cawan porselin , ditanurkan dengan suhu 6000C
selam 4 jam, setelah asap berhenti berarti karbon hilang, tutup tanur dibuka
selama 1 menit, cawan beserta isinya dimasukkan kedalam desikator selama 1 jam
dan ditimbang sebagai berat c (berat cawan – berat abu).
Untuk menghitung kadar abu,
digunakan rumus :
b.
Kadar Zat Mudah Menguap
Penentuan zat mudah menguap adalah
contoh uji ± 2 gr setelah diukur berat awal (a), dimasukkan kedalam cawan
porselin dan ditanurkan dengan suhu 9000C. Contoh uji didinginkan di
dalam tanur, setelah dingin tidak ada cuplikan putih (abu), contoh uji
dimasukkan kedalam desikator, setelah 1 jam ditimbang sebagai berat “d”
(dikurangi berat cawan).
Untuk menghitung kadar zat mudah
menguap dipergunakan rumus :
c.
Kadar Karbon Terikat
Fraksi karbon (c) dalam arang adalah
karbon terikat, selain fraksi abu dan zat mudah menguap. Untuk menghitung kadar
karbon terikat dipergunakan rumus :
3.
Analisis Data
Faktor yang
diuji dalam penelitian ini adalah konsentrasi bahan perekat kanji 5%; 10%; dan
15% dengan menggunakan buah tusam dan anturmangan sebagai bahan baku.
Untuk
analisa statistik dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap satu arah dengan
satu faktor perekat dan dua bahan baku dengan 3 ulangan, pada tiap parameter
contoh uji bentuk dan ukuran berdasarkan pada ASTM D1762 dan ASTM D 2015.
Bentuk umum
rancangan acak langkap satu arah adalah sebagai berikut :
γij = µ + ι і ∑ (ij)
dimana :
γij =
Nilai pengamatan pada perlakuan
µ
= Nilai rata-rata
ι
і = Pengaruh perlakuan ke – і
∑ (іј)
= kessalahan percobaan pada perlakuan ke – і dan ulangan ke – ј (eksperimental
error)
Untuk
mengetahui pengaruh dari perlakuan dilakukan dengan sidik ragam/anova.
Sedangkan untuk mengetahui harga rata-rata tiap perlakuan berbeda nyata yang
selanjutnya diuji dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) atau HSD dengan bentuk umum
:
W = Qα (P : dbE) Sx
dimana :
W
= nilai pembanding BNJ
Q
= diperoleh dari perbandingan tabel F pada taraf 5% dan 1%
D
= jumlah perlakuan
dbE
= kesalahan baku yang dihitung dengan rumus
dimana :
KT(G) = kuadrat
tengah galat/eksperimental error
n
= ulangan
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
a.
Rerata nilai kadar air untuk arang briket buah tusam 8,7% dan arang briket buah
anturmangan sebesar 8,97% lebih tinggi dibanding standar SNI, Jepang dan
Inggris.
b.
Faktor iklim dan lokasi penelitian memberikan pengaruh dalam penentuan kadar
air briket arang.
c.
Rerata nilai berat jenis yang dihasilkan
arang briket buah tusam sebesar 0,4 dan arang briket buah anturmangan sebesar
0,46.
d.
Rerata nilai kalor yang dihasilkan arang briket buah tusam sebesar 5489,5
kal/gr dan arang briket buah anturmangan sebesar 5597,7 kal/gr. Nilai kalor ini
telah memenuhi standar SNI dan standar Jepang.
e.
Rerata nilai kadar karbon terikat yang
dihasilkan arang riket buah tusam sebesar 73,90% dan buah anturmangan sebesar
74,40 %, telah memenuhi standar SNI dan Jepang.
f.
Rerata nilai kadar zat mudah menguap yang
dihasilkan arang briket buah tusam sebesar 22,90% dan briket buah anturmangan
sebesar 21%.
g.
Rerata nilai kadar abu yang dihasilkan arang briket buah tusam sebesar 3,20%
dan kadar abu arang briket buah anturmangan sebesar 2.60%.
h.
Konsentasi bahan perekat tidak memberikan pengaruh yang nyata pada kadar air,
berat jenis dan nilai kalor arang briket buah tusam sedangkan untuk nilai kadar
zat mudah menguap, kadar karbon terikat dan kadar abu memberikan pengaruh beda
yang nyata.
i.
Kualitas arang briket buah tusam dan
anturmangan secara keseluruhan masuk dalam kategori cukup baik bila ditinjau
dari segi nilai kalor, kadar zat mudah menguap, kadar karbon terikat dan kadar
abu. Arang briket buah anturmangan menunjukkan kualitas tidak jauh berbeda
dengan arang briket buah tusam.
j.
Berdasar hasil keseluruhan penelitian ini
bahwa pemanfaatan buah tusam dan anturmangan sangat baik jika dikembangkan oleh
masyarakat, karena selain kualitas secara keseluruhan hamper memenuhi standar
yang ada, biaya operasional dan proses pembuatan arang briket ini sangat mudah
dan sederhana.
2.
Saran
a.
Pemanfaatan buah tusam dan anturmangan sebagai bahan baku arang briket perlu
lebih di masyarakat lagi, karena selain berkualitas, teknologi pembuatannya
sederhana dan murah dengan bahan baku banyak tersedia, maka akan menjadi salah
satu solusi bagi peningkatan pendapatan masyarakat sekitar hutan.
b.
Untuk penigkatan kualitas arang briket agar sepenuhnya memenuhi standarisasi
arang, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan, baik dalam segi teknologi
berupa maksimalisasi dan efesiensi alat kempa arang juga teknologi pengarangan
itu sendiri serta nilai ekonomi dan social masyarakat.
c.
Upaya-upaya peningkatan dan penemuan sumber
teknologi baru berbasiskan hasil hutan bukan kayu terutama limbah potensial
agar dapat dilanjutkan untuk peningkatan pendapatan, masyarakat khususnya
sekitar hutan untuk meminimalkan kerusakan kayu hutan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahim
Martawijaya, et.al. 1989. Atlas Kayu Indonesia Jilid II. Balitbang Kehutanan,
Departemen Kehutanan. Bogor.
Anonimous,
1979. Annual Book of ASTM Standarts. Standart Method for Chemical Analysis of
Wood Charcoal D. 1762-84, American Society For Testing Materials. Philadelphia.
Anonimous,
2000. Teknologi Alternatif Pemanfaatan Limbah, Kelti Pengolahan kimia dan
energi hasil hutan, Makalah Utama pada Lokakarya Penelitian Hasil Hutan, 7
desember 2000. Bogor.
Ardhany
F, Sahwalita, Gunawan T.P, Nuryana, Marjono, Rangkuti D.P, 2003. Kajian
Teknis Ekonomis Produk Briket Arang dari Serguk Gergaji dalam Skala Usaha.
Laporan Hasil Penelitian. Kegiatan Pengkajian Penerapan Hasil Penelitian
Kehutanan. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Sumatera. Aek Nauli.
Artati A,
2000, Pengaruh Ukuran dan Komposisi Serbuk
Gergaji Pinus merkusii et de Vries Dengan Tektona grandis L.f terhadap
rendemendan Sifat Fisik kimia Arang Briket, Skripsi S1 Fakultas Kehutanan
Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Beglingger,
E, 1957, Charcoal Manufactur and Use. Forest Product Laboratory. Forest
Service, US Departement of Agriculture.
Djeni
Hendra, 2000. Pembuatan Arang dan Briket Arang dari Serbuk Gergajian Kayu.
Prosiding Lokakarya Hasil Hutan, Peningkatan Efisiensi Pemanfaatan Kayu dan
Hasil Hutan Bukan Kayu. Puslit Hasil Hutan. Bogor.
Djatmiko
B., S. Ketaren, S. Setyahartini,
(1981). Arang Pengolahan dan Kegunaannya, Jurnal Teknologi Pertanian. Fakultas
Teknologi Pertanian IPB. Bogor.
Fauzi, 2002.
Petunjuk Teknis Pembuatan Arang Aktif. Puslitbang Hasil Hutan dan Sosial
Ekonomi Kehutanan.
Gusmailina
Gustan P, Komarayati S, 2002, Pedoman Pembuatan Arang Kompos. Puslitbang
Teknologi Hasil Hutan. Bogor.
Hartoyo dan Nurhayati,
T. 1976. Rendamen Sifat Arang dari beberapa Jenis Kayu Indonesia. Diterjemahkan
oleh Dr. Hardjono Sastrowidjojo. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Hartoyo,
ando Y dan H. Roliadi, 1978. Percobaan Pembuatan Briket Arang dari Lima Jenis
Kayu. Lap. No. 103. Lembaga Penelitian Hasil Hutan. Bogor.
Harlow W.M.
et.al., 1991. Text Book of Dendrology. New Graw Hill International Editing.
Forestry Serries.
Haygreen,
J.G. Dan Jim L. Bowyer, 1993. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Suatu Pengantar. Gajah
Mada University Press. Yogyakarta.
Heyne K.
1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II. Terjemahan Balitbang Kehutanan
Indonesia.
Hidayat J.,
Hansen C.P., IFSP., 2001, Pinus Merkusii Jung et de Vries. Informasi Singkat
Benih No. 12 Oktober 2001. Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar